Kamis, 26 Februari 2015

Memperbaiki Kualitas Amal Serta hal-hal yang Mempengaruhinya



بسم الله الرحمن الرحم
Allah Swt telah menjanjikan kepada hambanya yang beriman dan mengerjakan amal soleh bahwasanya Dia akan mejadikan mereka khalifah diatas permukaan bumi dimana seluruh yang ada di antara langit dan bumi serta apa-apa yang berada diantaranya akan Allah tundukan dan Allah amanahkan seluruh urusan umat kepadanya. 

Tidak hanya itu, Allah juga telah menjanjikan akan mengeluarkan keberkahan dari langit dan bumi bagi hambanya yang beriman dan beramal sholeh, lebih jauh lagi Allah akan hadiahkan kepada mereka surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya sebagai balasan bagi mereka atas apa yang telah mereka usahakan.

Namun demikian amal sebagai perantara menuju keridhoan Allah haruslah merupakan amal yang shohih, yang tidak tercampur didalamnya segala bentuk penyakit yang dapat merusak kemurniaan amal. Oleh karena itu memperbaiki kualitas amal jauh lebih penting disamping terus berusaha memperbanyak kuantitas amal.

Allah Swt berfirman :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
(QS: Al-Mulk Ayat: 2)

Allah mengatakan siapa yang lebih baik amalnya, bukan yang lebih banyak amalnya, oleh karnanya amal yang paling penting dari keseluruhan amal adalah amalan hati, yang dengannya kadar keikhlasan dan kualitas amal akan diukur. Karna hati adalah segumpal daging yang akan mempengaruhi keseluruhan tubuh, apabila baik hatinya maka baik pula seluruh anggota tubuhnya, termasuk amal-amak dzohir yang banyak menggunakan anggota tubuh kita sebagai sarannya.

Rasulullah Saw juga menyampaikan tentang pentingnya memperbaiki amalan hati dalam hadits sebagai berikut:
Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ مانوي . فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلي ما هاجر إليه
“Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.” (HR. Bukhari [Kitab Bad’i al-Wahyi, hadits no. 1, Kitab al-Aiman wa an-Nudzur, hadits no. 6689] dan Muslim [Kitab al-Imarah, hadits no. 1907])

Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa niat merupakan timbangan penentu kesahihan amal. Apabila niatnya baik, maka amal menjadi baik. Apabila niatnya jelek, amalnya pun menjadi jelek (Syarh Arba’in li an-Nawawi, sebagaimana tercantum dalam ad-Durrah as-Salafiyah, hal. 26).

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Bukhari mengawali kitab Sahihnya [Sahih Bukhari] dengan hadits ini dan dia menempatkannya laiknya sebuah khutbah [pembuka] untuk kitab itu. Dengan hal itu seolah-olah dia ingin menyatakan bahwa segala amal yang dilakukan tidak ikhlas karena ingin mencari wajah Allah maka amal itu akan sia-sia, tidak ada hasilnya baik di dunia maupun di akhirat.” (Jami’ al-‘Ulum, hal. 13)

Ibnu as-Sam’ani rahimahullah mengatakan, “Hadits tersebut memberikan faedah bahwa amal-amal non ibadat tidak akan bisa membuahkan pahala kecuali apabila pelakunya meniatkan hal itu dalam rangka mendekatkan diri [kepada Allah]. Seperti contohnya; makan -bisa mendatangkan pahala- apabila diniatkan untuk memperkuat tubuh dalam melaksanakan ketaatan.” (Sebagaimana dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fath al-Bari [1/17]. Lihat penjelasan serupa dalam al-Wajiz fi Idhah Qawa’id al-Fiqh al-Kulliyah, hal. 129, ad-Durrah as-Salafiyah, hal. 39-40)

Imam Al-Ghazali berkata dalam maqolahnya, “aku heran melihat manusia sering mencuci wajahnya, tapi kurang mencuci hatinya.”
Imam As-Syafi’ie juga menyampaikan dalam maqolahnya, “hati yang tidak sibuk dengan kebenaran maka akan sibuk dengan kemungkaran. 

Oleh karena itu berikut beberapa mudzkaroh seputar hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas amal kita
Empat perkara yang mendatangkan nur dihati
Menjaga takbiratul ula
Menjaga shalat tahajud
Tidak bicara sia-sia
Menjaga pergaulan dari yang bukan mahram

Empat perkara yang membersihkan empat perkara
cuci wajah dengan air mata
cuci hati dengan dzikir
cuci lisan dengan dakwah
cuci dosa dengan taubat

Empat perkara yang menjaga lisan
diam
senyum
dzikir
dakwah

Empat perkara yang membawa kebinasaan
mata yang kering dari air mata
keras kepala
panjang angan-angan
cinta dunia

Empat perkara yang menentang
kencing berdiri
tidak menjawab adzan
tidak bershalawat atas nabi
mengusap dahi ketika sholat

Empat perkara yang menjadikan hamba makbul disisi Allah
tidak makan kecuali lapar
tidak tidur kecuali mengantuk
idak bicara kecuali dakwah
tidak mengeluh kecuali teraniaya

Ali r.a berkata “tanda-tanda orang shalih ialah wajahnya pucat karena berjaga malam, pengelihatannya menjadi kabur karena banyak menangis, bibirnya menjadi kering karena sering berpuasa, dan wajahnya menunjukan ketakutan kepada Allah”
Sedang Hasan Al-Bishri pernah ditanya, “mengapa wajah orang-orang yang memperbanyak ibadah menjadi indah? Ia menjawab, “apabila mereka bersama Ar-Rahman dalam keadaan sunyi diri, maka DIA memberi bayang-bayang cahaya kepada mereka.”
Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk senantiasa memperbaiki amal kita dan menerima seluruh amal kita. Aamiin

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar