بسم الله الرحمن الرحم
Allah Swt telah menjanjikan kepada hambanya yang
beriman dan mengerjakan amal soleh bahwasanya Dia akan mejadikan mereka
khalifah diatas permukaan bumi dimana seluruh yang ada di antara langit dan
bumi serta apa-apa yang berada diantaranya akan Allah tundukan dan Allah
amanahkan seluruh urusan umat kepadanya.
Tidak hanya itu, Allah juga telah
menjanjikan akan mengeluarkan keberkahan dari langit dan bumi bagi hambanya
yang beriman dan beramal sholeh, lebih jauh lagi Allah akan hadiahkan kepada
mereka surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya sebagai balasan bagi mereka
atas apa yang telah mereka usahakan.
Namun demikian amal sebagai perantara menuju keridhoan
Allah haruslah merupakan amal yang shohih, yang tidak tercampur didalamnya segala
bentuk penyakit yang dapat merusak kemurniaan amal. Oleh karena itu memperbaiki kualitas amal jauh lebih
penting disamping terus berusaha memperbanyak kuantitas amal.
Allah Swt berfirman
:
الَّذِي خَلَقَ
الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun,
(QS: Al-Mulk Ayat: 2)
(QS: Al-Mulk Ayat: 2)
Allah mengatakan siapa yang lebih baik amalnya, bukan
yang lebih banyak amalnya, oleh karnanya amal yang paling penting dari
keseluruhan amal adalah amalan hati, yang dengannya kadar keikhlasan dan
kualitas amal akan diukur. Karna hati adalah segumpal daging yang akan
mempengaruhi keseluruhan tubuh, apabila baik hatinya maka baik pula seluruh
anggota tubuhnya, termasuk amal-amak dzohir yang banyak menggunakan anggota
tubuh kita sebagai sarannya.
Rasulullah Saw juga menyampaikan tentang pentingnya
memperbaiki amalan hati dalam hadits sebagai berikut:
Umar bin
al-Khattab radhiyallahu’anhu beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنما الأعمال
بالنيات وإنما لكل امرئ مانوي . فمن كانت هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله
ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلي ما هاجر إليه
“Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya
akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah
karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah
dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia
atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan
apa yang dia inginkan.” (HR. Bukhari [Kitab Bad’i al-Wahyi, hadits no. 1, Kitab al-Aiman
wa an-Nudzur, hadits no. 6689] dan Muslim [Kitab al-Imarah, hadits
no. 1907])
Hadits yang
mulia ini menunjukkan bahwa niat merupakan timbangan penentu kesahihan amal. Apabila
niatnya baik, maka amal menjadi baik. Apabila niatnya jelek, amalnya pun
menjadi jelek (Syarh Arba’in li an-Nawawi, sebagaimana tercantum dalam
ad-Durrah as-Salafiyah, hal. 26).
Ibnu Rajab
al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Bukhari mengawali kitab Sahihnya [Sahih
Bukhari] dengan hadits ini dan dia menempatkannya laiknya sebuah khutbah
[pembuka] untuk kitab itu. Dengan hal itu seolah-olah dia ingin menyatakan
bahwa segala amal yang dilakukan tidak ikhlas karena ingin mencari wajah Allah
maka amal itu akan sia-sia, tidak ada hasilnya baik di dunia maupun di
akhirat.” (Jami’ al-‘Ulum, hal. 13)
Ibnu as-Sam’ani
rahimahullah mengatakan, “Hadits tersebut memberikan faedah bahwa
amal-amal non ibadat tidak akan bisa membuahkan pahala kecuali apabila pelakunya
meniatkan hal itu dalam rangka mendekatkan diri [kepada Allah]. Seperti
contohnya; makan -bisa mendatangkan pahala- apabila diniatkan untuk memperkuat
tubuh dalam melaksanakan ketaatan.” (Sebagaimana dinukil oleh al-Hafizh Ibnu
Hajar di dalam Fath al-Bari [1/17]. Lihat penjelasan serupa dalam al-Wajiz
fi Idhah Qawa’id al-Fiqh al-Kulliyah, hal. 129, ad-Durrah as-Salafiyah,
hal. 39-40)
Imam Al-Ghazali berkata dalam maqolahnya, “aku heran melihat
manusia sering mencuci wajahnya, tapi kurang mencuci hatinya.”
Imam As-Syafi’ie juga menyampaikan
dalam maqolahnya, “hati yang tidak sibuk dengan kebenaran maka akan sibuk
dengan kemungkaran.”
Oleh karena itu
berikut beberapa mudzkaroh seputar hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas
amal kita
Empat perkara yang mendatangkan nur dihati
Menjaga takbiratul
ula
Menjaga shalat
tahajud
Tidak bicara
sia-sia
Menjaga pergaulan
dari yang bukan mahram
Empat perkara yang membersihkan empat
perkara
cuci wajah dengan air mata
cuci hati dengan dzikir
cuci lisan dengan dakwah
cuci dosa dengan taubat
Empat perkara yang menjaga lisan
diam
senyum
dzikir
dakwah
Empat perkara yang membawa kebinasaan
mata yang kering dari air mata
keras kepala
panjang angan-angan
cinta dunia
Empat perkara yang menentang
kencing berdiri
tidak menjawab adzan
tidak bershalawat atas nabi
mengusap dahi ketika sholat
Empat perkara yang menjadikan hamba makbul disisi
Allah
tidak makan kecuali lapar
tidak tidur kecuali mengantuk
idak bicara kecuali dakwah
tidak mengeluh kecuali teraniaya
Ali r.a berkata “tanda-tanda orang
shalih ialah wajahnya pucat karena berjaga malam, pengelihatannya menjadi kabur
karena banyak menangis, bibirnya menjadi kering karena sering berpuasa, dan
wajahnya menunjukan ketakutan kepada Allah”
Sedang Hasan Al-Bishri pernah ditanya, “mengapa
wajah orang-orang yang memperbanyak ibadah menjadi indah? Ia menjawab, “apabila
mereka bersama Ar-Rahman dalam keadaan sunyi diri, maka DIA memberi bayang-bayang
cahaya kepada mereka.”
Semoga Allah memberi taufik kepada kita
untuk senantiasa memperbaiki amal kita dan menerima seluruh amal kita. Aamiin
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar