Senin, 30 Maret 2015

Imam Syafi'i, Cahaya Pembaharu Islam, Pelajaran Berhaga Bagi Setiap Penimba Ilmu (bag 2-selesai)

Lanjutan dari artikel pertama, Imam Syafi'i, Cahaya Pembaharu Islam, Pelajaran Berharga Bagi Setiap Penimba Ilmu (bag1)

Dengan hormat dan tawadhu' beliau memasuki kota umat islam di era pemerintahan khulafaur rasyidin, kota tempat disemayamkannya baginda Nabi saw. Setelah sholat di masjid nabawi dan berziarah kemakan baginda Nabi saw, Imam Syafi'i segera menghadap gubernur Madinah  dan menyerahkan surat gubernur Makkah kepadanya. setelah selesai membaca dan surat tersebut, sang gubernur memandang kearah Imam Syafi'i dengan wajah heran sembari berkata, :
"Nak, sungguh berjalan kaki dari jantung kota Makkah sampai jantung kota Madinah tanpa alas lebuh ringan dibanding berjalan menuju pintu rumah Imam Malikn bin Anas!"


Imam Syafi'i yang belum sepenuhnya memahami maksud ucapan sang gubernur Madinah tersebut berkata., :
"Semoga Allah melimpahkan kebajikan kepada anda, bagaimana kalau Imam Malik anda panggil untuk menghadap?"

Memdengar perkataan Imam Syafi'i yang belum sepenuhnya mengenal Imam Malik ini tersenyum kemudian berkata.:
"Jauh usulmu nak, tidak mungkin beliau sidi datang kecuali kita berangkat menghadap beliau dengan debu-debu lereng aqiq menerpa wajah kita."

Mendengar perkataan sang gubernur, Imam Syafi'i mulai memahami dan menundukan kepalanya tak tahu harus berkata apa agar sang gubernur mau mengantarkan beliau untuk menemui sang Ulama idola. Sang gubernur lalu menawarkan kepada Imam Syafi'i untuk beristirahat untuk kemudian diesok harinya menghadap Imam Malik bersama-sama, sungguh perkataan yang sangat indah melebihi nyanyian gadis-gadis bani Hudzail.

Keesokan harinya, selepas menunaikan sholat ashar di masjid Nabawi, segera beliau menghadap gubernur Madinah untuk berangkat menemui sang Imam Makkah. Imam Malik bukanlah orang kaya pada waktu itu, namun kewibawaan dan ketegyhannya menjalankan syari'at membuat para agniya dan umaro segan kepada beliau.

Setibanya para rombongan gubernur dirumah sang Imam, salah satu dari mereka mengetuk pintu rumah Imam Malik, muncullah dari balik pintu seorang budak berkulit hitam, setelah menanyakan keperluan mereka, budak tersebut meminta para rombongan untuk menunggu. Setelah lama menunggu kembalilah budak hitam tersebut dan menyampaikan perkataan Imam Malik agar mereka menuliskan masalah yang mereka miliki disecarik kertas, namun apabila masalah tersebut berhubungan dengan masalah ilmu hadits, Imam Malik meminta agar mereka datang pada majlis beliau.

Gubernur Madinah kemudian meminta sang budak untuk menyampaikan surat dari gubernur Makkah, setelah masuk dan menyampaikan surat dari sang gubernur, ia kemudian keluar dengan membawa kursi yang diletakan didepan pintu. Kemudian dari balik pintu keluarlah sang Imam yang dinantikan, beliau kemudian duduk, nampak jelas kemuliaan dan kewibawaan dari raut wajah beliau.

Setelah mendengar maksud hati Imam Syafi'i jauh-jauh mendatanginya, dan setelah mengetahui keadaan dan nasab Imam Syafi'i, Imam Malik kemudian menatap beliau beberapa saat, seolah-olah mendapat firasat baik akan besarnya masa depan anak yang berada dihadapannya, Imam Malik pun kemudian berkata kepada Imam Syafi'i, :
"Hai Muhammad, bertakwalah engkau kepada Allah, dan jauhilah oleh mu kemaksiatan, aku yakin suatu haru nanti enkau akan dianugrahi anugrahyang besar dari Allah. besok pagi datanglah kemari, nanti akan ada orang yang membacakan kitab hadits kepadamu." kata Imam Malik menasehati Imam Syfi'i.

Tapi Imam Syafi'i yang telah diberikan kesempatan untuk mendengar bacaan kitab Imam Malik justru memohon kepada Imam Malik agar beliau yang membacakan sendiri kitab Muatho'. Keesokan harinya Imam Syafi'i datang ke majelis Imam Malik dan membacakan langsung kitab Muwatho' didepan Imam Malik, kagun dengan bacaan Imam Syafi'i, Imam Malik kemudian menyuruh beliau meneruskan bacaannya sampai beberapa hari. sejak saat itu, Imam Syafi'i menetap dimadinah dan berguru kepada Imam Malik serta beberapa ulama besar madinah lainnya sembari membantu membacakan kitab Muwatho' kepada penduduk kota maupun jamaah haji.

Lezatnya ilmu telah merasuk kedalam jiwa Imam Syafi'i begitu nikmatnya melebihi semua nikmat yang ada didunia, hal ini dapat terlihat dari luapan hati beliau yang disampaikannya dalam syi'ir berikut :
 "Begadangku untuk menelaah ilmu terasa lebih nikamat dari pada bertemu penyanyi dan keharuman khamer mereka. Sungguh goresan penaku diatas kertas lebih nikmat daripada bercinta bersama para pecinta. Tabuhan rebana para gadis masih kalah nikmat dibanding kenikmatanku memukul bukuku untuk membersihkan debu, masalah dalam belajar jauh lebih nikmat daripada para pemabuk khamer."

Karna kegairahannya kepada ilmu, Imam Syafi'i kemudian memutuskan untuk meneruskan perantauannya dalam menimba ilmu kebeberapa negara lainnya. Tercatat beberapa negara pernah menjadi tujuan beliau berkhidmat kepada ilmu, diantaranya Iraq, Yaman, dan Mesir. Terdapat cerita yang begitu mengharukan pada perjalan beliau ke Iraq, cerita yang menjelaskan eratnya hubungan antara guru dan murid, dimana Imam Syafi'i yang hendak berangkat menuju kufah dibiayai oleh Imam Malik yang sudah dimaklumi kekurangannya dalam hal ekonomi, sehingga Imam Syafi'i merasa heran dengan apa yang dilakukan sang guru. Ternyata pada malam harinya seseorang yakni Abdurahman bin Qasim datang menemui Imam Malik dan memohon agar beliau bersedia menerima hadiah darinya yang ternyata sejumlah uang. Sungguh rizki yang tidak terkira dari Allah.

Imam Malik pun menghantarkan sang murid hingga ke baqi', sang guru menatap wajah murid nya dan berkata,:
"Tujuan menuntut ilmu agama adalah kehidupan akhirat, tidakkah engkau memahami, bahwasanya para malaikat meletakkan sayap mereka pada pencari ilmu karena merestui perbuatan merek? raihlah ilmu agama, engkau akan direstui Allah."  


Sesampainya di Kufah, Imam Syafi'i menuju kediaman Imam Muhammad bin Hasan dan Abu Yusuf, dan menetap di kediaman Imam Muhammad bin Hasan. disana beliau banyak mendiskusikan seputar permasalahan fiqih madzhab Abu Hanifah dan pemikiran guru beliau, Imam Syafi'i disana juga banyak berguru kepada Ulama-ulama Kufah serta menyadur kitab-kitab Imam Abu Hanifah yang banyak dari Imam Muhammad bin Hasan. Setelah merasa cukup, Imam Syafi'i kemudian memutuskan untuk kembali ke Madinah, dalam perjalanan ke Madinah beliau banyak singgah di beberapa daerah daerah Iraq dan kemudian menuju Palestina, tanah kelahirannya dan tinggal dikota Ramlah. Dua tahun waktu yang ditempuh menjadikan keilmuan dan pengalaman mengenai kondisi masyarakat beliau maju begitu pesat.

Imam Syafi'i juga tercatat pernah bekerja untuk gubernur Yaman di Yaman, disamping bekerja beliau juga belajar ilmu perbintangan disana. Ketekunan beliau dalam bekerja dan belajar, serta akhlaq beliau yang begitu indah membuat banyak orang mengaguminya, sehingga dalam waktu yang singgkat pengaruh Imam Syafi'i menyebar begitu luas. Kecermelangan karir beliau membuat sebagian orang dengki degan beliaudan berusaha memfitnah beliau dihadapan kahlifah putra Abu Mansur yakni Harun Ar-Rasyid. Beliau difitnah dengan tuduhan memimpin pemberontakan kelompok Bani Alawy (keturunan Ali) di Yaman. Sehingga beliau di tangkap dan dibawa untuk menghadap khalifah di Baghdad, dihadapan sang khalifah Imam Syafi'i menyampaikan salam.

"Sekarang apa pembelaanmu, setelah jelas-jelas Abdullah bin Hasan terbukti sebagai pemberontak?"tanya sang khalifah. Sebelum menjawab, Imam Syafi'i memnita sang raja untuk melepas belenggunya, sang raja pun memerintahkan paengawalnya untuk melepas belenggu Imam Syafi'i. Kemudian Imam Syafi'i berlutut dihadapan khalifah Harun dan berkata, :

"wahai orang-orang yang beriman, bila datang pada kalian laki-laki fasiq dengan membawa berita, maka selidikilah terlebih dahulu. Semoga hamba tidak termasuk orang fasik tersebut, sesungguhnya hamba memiliki dua kewajiban bagi baginda, yaitu menjaga kehormatan islam dan tanggung jawab kekeluargaan, cukup kedua hal ini menjadi bukti bahwa hamba bukanlah pembangkang apalagi pemberontak kepemimpinn baginda. Sebenarnya baginda lebih berhak berpegang teguh pada hukum Allahmengingat baginda adalah pembela dan penjaga agama Allah serta merupakan putra paman nabi."

Mendengar pembelaan Imam Syafi'i, wajah khalifah Harun berseri-seri dan berkata,:
"Sungguh ketakutanmu sekarang telah sirna karena aku akan menjaga hak kekeluargaan kita dan keilmuanmu, sekarang duduklah."
"Wahai Syafi'i, seberapa dalam pengetahuanmu tentang kitab Allah?" tanya sang khalifah
"Kitab yang mana yang baginda maksudkan, karena kitab Allah yang bdiwahyukan begitu banyak."
"Kitab yang diwahyukan kepada putra pamanku, Muhammad Saw."

Imam Syafi'i kemudian menjelaskan ilmu yang bersangkutan dengan Al-Quraan satu persatu dengan rinci sehingga membuat kagum hati khalifah Harun Ar-Rasyid, sang khalifah kemudian merubah pertanyaannya seputar ilmu falak, kedokteran, filsafat dan lain-lain namun dijawab dengan detail dan jelas olah sang Imam hingga hati sang raja merasa senang berbincang dengannya. Kemudian sang khalifah meminta nasihat kepada Imam Syafi'i, dan beliau pun menasehati khalifah dengan nasihat yang menyentuh hati sang khalifah sehingga ia menangis tersedu-sedu.

Setelah mendengar nasihat Imam Syafi'i, khalifah membebaskan beliau dan memberinya hadiah lima puluh ribu dinar,. Kemudian beliau memohon pamit kepada sang khalifah dan membagi-bagikan hadiah kepada para prajurit yang menjaga istana.

Di Mesir Imam Syafi'i menjalankan rutinitas beliau dalam lautan ilmu, terhitung mulai tahun 199 H beliau rutin mengajar mulai subuh sampai dzuhur di masjid Amr bin Ash. Para ahli Quraan mengaji bersama beliau selepas sholat subuh, setelah itu dilanjutkan dengan ahli hadits, selanjutnya adalah diskusi, kemudian ahli bahasa arab dan syair arab sampai adzan dsuhur dikumandangkan. Setelahnya beliau pulang untuk istirahat sampai waktu sore, waktu malam beliau gunakan untuk mengajar dirumah beliau.
 Demikianlah rutinitas beliau hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada malam jum'at akhir bulan rajab 204 H selepas sholat isya disisi santri beliau Rabi' bin Sulaiman. neliau di mandikan oleh Gubernur Mesir, para pelayat berebut ingin membawa jenazah beliau sebagai penghormatan terakhir kepada pembawa pencerahan ilmu agama islam. beliau dikuburkan di "Turbah ahli hikam" yang sekatang dikenal dengan "Turbatus Syafi'i".

Selamat jalan cahaya keilmuan isam, selamat bersua dengan Rab dan Kekasihmu Muhammad Saw, selamat menuai balasan yang tiada henti atas kebajikanmu...

Sumber:
Diwanu Al-Imamisy Syafi'i
Mawaidhu Al-Imamisy Syafi'i 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar