BismIllah..
Di kalangan mujahidin Suriah, Syaikh Bassam Ayashi bukan sembarang nama. Orang tua berkewarga negaraan Suriah dan Prancis itu telah melanglang buana sebelum kembali ke pangkuan bumi pertiwi, Suriah. Beliau pernah tinggal di Brussel, Menjadi Imam di Islamic Center Belgia, dan berkeliling Eropa mendakwahkan Islam.
Dakwah beliau bukan tanpa halangan, sekali waktu diajukan ke pengadilan Belgia atas dakwaan merekrut muslim Eropa untuk berjihad di Irak dan Afghanistan. Rekam jejak beliau dalam medan dakwah dan jihad memang tidak terlalu mentereng sebab syaikh Bassam selalu menyembunyikan amalannya. Bertahun-tahun dilalui dengan berjihad dan mengirim mujahidin ke negeri orang, hingga tibalah hari yang dinanti : Api jihad berkobar di tanah tumpah darah !
Maka tak menunggu waktu beliau pulang. Menyertai beliau beberapa anaknya, Seorangnya pemuda gagah berani tampan mempesona, Abdurrahman Ayashi, yang di kemudian hari menjadi komandan kesatuan Shuqur Asy-Syam, Membawahi 600 mujahidin pilihan. Bapak dan anak ini bukan lawan sepadan bagi musuh, dari Syi'ah Nushairiah dan gabungan Syi'ah lain. Di medan perang nama mereka moncer terkenal diantara kawan dan lawan. Dengan mata yang tajam dan tubuh tinggi besar, pantaslah sang anak membuat keder lawan sebelum berhadapan !
Perang demi perang mereka jalani berdua, Sampai suatu ketika buah hati tercinta, Abdurrahman, Syahid (InsyaAllah) dalam operasi menyerang konvoi logistik musuh di dekat Idlib. Terisak kawan dan anak buah sang syuhada membawanya ke rumah ayahanda, mengabarkan bahwa kecintaan beliau telah tiada. Sedih sekali mereka ditinggal komandan yang hebat sekaligus kawan yang erat pada masa sulit menjelang perebutan ibukota propinsi Idlib.
Di rumah duka, Sang ayah telah menunggu, tangannya menggenggam sesuatu. Dan ketika jenazah tiba, Dia hamburkan isinya ! Dibagi-bagikan pada setiap yang hadir, sambil bersenandung gembira.
"Anakku telah tiba, tiba kesini, ke rumah ini, dan tiba kesana, ke langit diatas. Dia kesini aku gembira, hendak kukecup keningnya mesra, dan dia kesana aku lebih gembira, Buah hatiku menunggu di pintu surga.

Seluruh hadirin bukannya tertawa, tapi tangisan mereka makin menjadi-jadi. Menyaksikan ketabahan seorang mujahid, dan ayah dari seorang syahid. Diantara seluruh yang menangis, Hanya Syaikh Bassam yang tersenyum gembira. Pada pembebasan ibukota Idlib beliau kembali terjun, Menenteng sebilah pedang dan sepucuk senjata modifikasi. Membuat malu para pemuda, Membakar semangat orang-orang tua.
Ketika ibukota Idlib dibebaskan, Beliau berteriak lantang.
"Aku melihat anakku pada semua kalian yang disini !"
Lalu kembali beliau bagi-bagikan manisan dan coklat kepada para mujahid. Seperti dulu dia bagikan ketika anaknya syahid, Dan tangan beliau buntung terkena bom mobil !
Nama beliau indah dan semakin indah ketika sifatnya pun serupa,
Bassam : Yang selalu tersenyum.
Mari, Perjuangan rakyat Suriah belum usai, kita bantu mereka, dengan bahan makanan, baju, Selimut, tenda atau bahkan hanya sebuah Al-Qur'an yang harganya tak seberapa. Semoga dengan itu Allah mencatat kita sebagai pelaku amal shalih di jalan-Nya.
Sumber : FB Fathi Yazid Attamimi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar